THOUGHTS

Sentilan Kecil Tuhan

10.11

Hari ini gue cuma mau nulis keresahan hati gue tentang kehidupan yang gue alami. Bukan bermaksud mengeluh atau menceritakan aib diri gue, tapi cuma sekedar muhasabah diri dan sekedar beropini aja.
Jujur gue ini termasuk orang yang kurang puas dengan apa yang telah gue dapatkan. Memang harusnya nggak boleh begini sih, cuma seiiring berjalannya waktu sekarang gue mulai sadar apa arti sesungguhnya dari bersyukur itu sendiri.

Alhamdulillah diumur gue yang sekarang gue udah punya pekerjaan tetap, ya meskipun kontrak gapapa. disyukuri saja seperti yang barusan gue bilang itu. Pernah nggak sih kalian itu berfikir "kok dia bisa ya beli itu?" atau mungkin "kok dia bisa punya itu gue engga yak?" Sadar atau tidak beberapa pertannyan yang sering muncul ini sebenernya merupakan titik terlemah dalam diri kita sendiri. Gue juga baru menyadari hal ini belum begitu lama. Pertanyaan yang isinya tentang perbandingan diri kalian dan orang lain terkadang memang membuat kita kurang bersyukur. Terkadang mungkin memang pertanyaan ini muncul dengan tidak sengaja atau secara naluriah muncul begitu saja. 

Beberapa hari yang lalu gue bertemu dengan seorang Bapak tua, umurnya mungkin sekitar 50 tahunan, atau mungkin seumuran Bapak gue. Waktu itu gue sedang beli makan buat makan malam dideket kantor gue. Gue jujur menitihkan air mata saat melihat bapak itu. Bukan karena perasaan kasihan atau iba, tapi lebih kepada seperti pecutan kecil yang mencambuk hati kecil gue. Gue terharu banget sama kerja keras Bapak itu. Beliau berjualan kopi dan rokok keliling. Bapak itu membeli nasi bungkus dan minum, pakaian yang agak lusuh dan keringat yang mengalair dipelipisnya serta kopiah tua membuat hati gue sedikit teriris. 

Beliau bekerja keras seperti itu, menyisihkan semua pendapatannya untuk anak dan istrinya dirumah. Bahkan untuk makan pun dengan menu yang seadaanya. Jujur disaat itu gue langsung merasa 
"lo selama ini kurang bersyukur apa sih pril!" 
"lo kerja udah enak, tapi masih banyak ngeluh!"

Gue sedih banget, sedih karena melihat diri gue yang masih jauh kata bersyukur dan masih suka mengeluh ini. Sedih kita ternyata bekerja itu memang capek. Bekerja itu memang menguras tenaga, waktu, dan butuh perjuangan. Karena dari bekerja kalian bisa tahu bagaimana asin manisnya kehidupan. Ketika kalian harus survive tanpa mengandalkan uang dari orang tua kalian. Ketika kalian harus membagi uang jajan, uang makan dan uang kostan kalian. Ketika diakhir bulan kalian sudah gak megang uang tapi kalian malu harus minta orang tua. Semua itu jujur gue alami semenjak gue kerja dan jadi anak kostan. 

Gue yang masih suka banget berfikir 
"ih, kerja begitu gamau ah, malu tau!"
"gamau kerja ditempat begitu, nanti ketemu temen gimana!"

Keegoisan dan nilai prestige ke diri gue ini sebenernya salah banget, toh pada akhirnya semua kerjaan itu sama, pasti capek, pasti menguras tenaga. Dan gue berfikiran kalo semua pekerjaan letak sosialitasnya diatas gaakan ada orang yang dibawah. Dan kita jauh akan lebih sombong lagi. Bahkan kita perlu orang-orang ynag seperti mereka yang dibawah kita, bukan karena merka tidak mampu berada diposisi kita. Tapi mereka yang dihadirkan diposisi tersebut untuk membuat kita ini kembali bersyukur. 

Alhamdulillah sekarang gue jauh lebih bisa bersyukur dan sadar bahwa dunia itu berputar, gaakan selamanya gue juga hidup enak terus, semua ada naik turunnya. Dan semua pekerjaan itu sama aja. Gak ada tuh pekerjaan yang rendah, asalkan masih dijalan Tuhan dan benar pasti berkah. 

Terima kasih kepada Bapak X yang telah hadir, menjadi pengingat disaat gue udah mulai sombong akan diri gue sendiri, terimakasih yang telah membuat gue akhirnya inget kalau gue itu ga ada apa-apanya dibandingkan orang diluar sana. Dan masih banyak yang harus gue hadapi. Ternyata memang benar hidayah dan peringatan itu datangnya tiba-tiba, bisa dimana saja dan kapan saja.

Popular Posts

Total Tayangan Halaman

Pengikut