THOUGHTS

Sentilan Kecil Tuhan

10.11

Hari ini gue cuma mau nulis keresahan hati gue tentang kehidupan yang gue alami. Bukan bermaksud mengeluh atau menceritakan aib diri gue, tapi cuma sekedar muhasabah diri dan sekedar beropini aja.
Jujur gue ini termasuk orang yang kurang puas dengan apa yang telah gue dapatkan. Memang harusnya nggak boleh begini sih, cuma seiiring berjalannya waktu sekarang gue mulai sadar apa arti sesungguhnya dari bersyukur itu sendiri.

Alhamdulillah diumur gue yang sekarang gue udah punya pekerjaan tetap, ya meskipun kontrak gapapa. disyukuri saja seperti yang barusan gue bilang itu. Pernah nggak sih kalian itu berfikir "kok dia bisa ya beli itu?" atau mungkin "kok dia bisa punya itu gue engga yak?" Sadar atau tidak beberapa pertannyan yang sering muncul ini sebenernya merupakan titik terlemah dalam diri kita sendiri. Gue juga baru menyadari hal ini belum begitu lama. Pertanyaan yang isinya tentang perbandingan diri kalian dan orang lain terkadang memang membuat kita kurang bersyukur. Terkadang mungkin memang pertanyaan ini muncul dengan tidak sengaja atau secara naluriah muncul begitu saja. 

Beberapa hari yang lalu gue bertemu dengan seorang Bapak tua, umurnya mungkin sekitar 50 tahunan, atau mungkin seumuran Bapak gue. Waktu itu gue sedang beli makan buat makan malam dideket kantor gue. Gue jujur menitihkan air mata saat melihat bapak itu. Bukan karena perasaan kasihan atau iba, tapi lebih kepada seperti pecutan kecil yang mencambuk hati kecil gue. Gue terharu banget sama kerja keras Bapak itu. Beliau berjualan kopi dan rokok keliling. Bapak itu membeli nasi bungkus dan minum, pakaian yang agak lusuh dan keringat yang mengalair dipelipisnya serta kopiah tua membuat hati gue sedikit teriris. 

Beliau bekerja keras seperti itu, menyisihkan semua pendapatannya untuk anak dan istrinya dirumah. Bahkan untuk makan pun dengan menu yang seadaanya. Jujur disaat itu gue langsung merasa 
"lo selama ini kurang bersyukur apa sih pril!" 
"lo kerja udah enak, tapi masih banyak ngeluh!"

Gue sedih banget, sedih karena melihat diri gue yang masih jauh kata bersyukur dan masih suka mengeluh ini. Sedih kita ternyata bekerja itu memang capek. Bekerja itu memang menguras tenaga, waktu, dan butuh perjuangan. Karena dari bekerja kalian bisa tahu bagaimana asin manisnya kehidupan. Ketika kalian harus survive tanpa mengandalkan uang dari orang tua kalian. Ketika kalian harus membagi uang jajan, uang makan dan uang kostan kalian. Ketika diakhir bulan kalian sudah gak megang uang tapi kalian malu harus minta orang tua. Semua itu jujur gue alami semenjak gue kerja dan jadi anak kostan. 

Gue yang masih suka banget berfikir 
"ih, kerja begitu gamau ah, malu tau!"
"gamau kerja ditempat begitu, nanti ketemu temen gimana!"

Keegoisan dan nilai prestige ke diri gue ini sebenernya salah banget, toh pada akhirnya semua kerjaan itu sama, pasti capek, pasti menguras tenaga. Dan gue berfikiran kalo semua pekerjaan letak sosialitasnya diatas gaakan ada orang yang dibawah. Dan kita jauh akan lebih sombong lagi. Bahkan kita perlu orang-orang ynag seperti mereka yang dibawah kita, bukan karena merka tidak mampu berada diposisi kita. Tapi mereka yang dihadirkan diposisi tersebut untuk membuat kita ini kembali bersyukur. 

Alhamdulillah sekarang gue jauh lebih bisa bersyukur dan sadar bahwa dunia itu berputar, gaakan selamanya gue juga hidup enak terus, semua ada naik turunnya. Dan semua pekerjaan itu sama aja. Gak ada tuh pekerjaan yang rendah, asalkan masih dijalan Tuhan dan benar pasti berkah. 

Terima kasih kepada Bapak X yang telah hadir, menjadi pengingat disaat gue udah mulai sombong akan diri gue sendiri, terimakasih yang telah membuat gue akhirnya inget kalau gue itu ga ada apa-apanya dibandingkan orang diluar sana. Dan masih banyak yang harus gue hadapi. Ternyata memang benar hidayah dan peringatan itu datangnya tiba-tiba, bisa dimana saja dan kapan saja.

Medschool Stories

Midwifery 2th Grade

20.34

Sebelum masuk ke tingkat 2 dari medschool, diawal gue sudah sempet singgung mengenai masalah serangkaian ujian yang banyak itukan. Nah, sekarang tibalah waktumya gue dihadapkan dengan ujian akhir tingkat 1 yaitu ujian PPK 1. Dulu karena gue belum tahu ujian seperti apa yang akan gue hadapi gue sampai nangis dimalam sebelum ujian. Kalau dibilang takut, ya mungkin lebih ke takut soal soal apa yang akan gue hadapi, meskipun ini ujian praktikum tapi tetep aja tindakan yang gue lakuin itu dikasih waktu. 

Singkatnya sih selesai ujian hasilnya itu akan langsung diumumin gitu. Deg-deg an sumpah nunggu hasil ujian. Waktu itu udah hampir jam 18.00 dan seinget gue ujian PPK itu selalu pas dibulan puasa. Alhamdulillah gue lulus dan ga harus remedial. 

Selanjutnya masuklah kita ke babak baru tingkat 2. Kalau di tingkat 2 ini nametag kalian akan berubah menjadi warna kuning. Kampus gue ini termasuk kampus yang cepet banget mengenai sistem perkuliahannya. Jadi habis liburan semester kalian masuk kelas perkuliahan 1 bulan kemudian dihadapkan dengan ujian. Yap, ujian lagi. Tapi kali ini ujian tengah semester. Di tingkat 2 medschool ini banyak banget teori mengenai kebidanan yang akan kalian dapat, mulai dari proses kehamilan, melahirkan, melahirkan, nifas (masa sesudah melahirkan sampai 40 hari), bayi baru lahir, bayi muda (usia dibawah 2 tahun), sampai balita (anak usia dibawah 5 tahun). Ini menjadi hal yang menarik sih, karena gue merasa dapat banyak ilmu baru. Selain belajar yang normal- normal (fisiologis) kita juga diajarin teori dan tindakan untuk mengatai kasus yang dengan kelainan. 

Yang paling ditunggu ya tiba saatnya kalian akan disuruh bawa 1 ibu hamil dan kalian melakukan pemeriksaan kehamilan lengkap ke ibu itu. Waktu itu susah banget cari ibu hamil. Gue sampai muter- muter Pondok Labu bahkan sampai kejeblos ke selokan karena hujan deras. Butuh perjuangan dan pengorbanan yang ekstra. Dan disini kemampuan komunikasi kalian juga akan diuji. Karena mencari ibu hamil ga cuma ketemu ibu hamil terus langsung kalian tanya gitu. Tapi biasanya melalui kader posyandu atau ibu RT. Dan ga semua ibu hamil langsung kalian bawa gitu juga. Tapi ada usia kehamilan yang jadi acuan. Usia kehamilannya itu 28 mg - 32 mg atau kalau dalam hitungan bulan itu 7- 8 bulan. Lebih juga gapapa sih, tapi dikhawatirkan kalau usia kehamilan mendekati melahirkan ibu ibu hamil biasanya udah mulai merasakan mules mules palsu. Jadi untuk lebih amannya ya usia kehamilan 7-8 bulan itu. Bersyukur gue itu punya kakak asuh yang baik banget, jadi sebelum ujian pemeriksaan kehamilan ini gue didampingin kakak asuh gue untuk ketemu ibu hamilnya. Jadi si ibu hamil lebih merasa aman dan percaya gitu sama kita. 

Setelah pemeriksaan kehamilan gue juga belajar simulasi menolong persalinan. Ya kalau pakai phantom (mannequin) kelihatannya sih mudah. Meski mudah banyak step stepnya. Ada 58 langkah untuk menolong persalinan. Kalau kalian yang seprofesi sama gue pasti taudeh lagu kebangsaan APN 58 langkah itu. Setelah proses persalinan, ibu hamil akan memasuki masa nifas atau sesudah persalinan itu juga ada asuhan ibu masa nifasnya juga. Selain itu jangan lupa sam bayi yang tadi dilahirkan, bayinya juga butuh asuhan juga. Memang banyak banget yang dilakukan sebagai bidan. Bahkan dosen- dosen gue itu sering banget nanya di kelas "kalian masih mau jadi bidan?" Wah,, ini satu kalimat yang seketika kalo kalian ga punya tekat dan mental kuat mau jadi bidan gue yakin kalian akan lebih milih mundur. Memang banyak mitos sih kalau di medschool pasti ada aja yang keluar pas mau naik tingkat. Alasannya juga masih beraneka ragam sih, mulai dari dapet PTN lain sampai memang karena ga kuat. 
Di tingkat 2 ini juga kalian itu udah dikasih target untuk resume kalian. Kalau di kampus gue kalian akan dapat target pemeriksaan kehamilan 100 orang, menolong persalinan 25 orang, asuhan ibu nifas 40 orang, perawatan bayi baru lahir 50 orang, asuhan bayi muda 5 orang, asuhan balita 5 orang dan masih banyak lagi sih. Semua itu harus diselesaikan sebelum sidang LTA gitu. Sebagai salah satu syarat LTA kalian boleh dipersidangkan itu semua harus terkumpul.

Kalo gue sih merasa masa masa sulit dan paling menguras waktu dan tenaga itu di tingkat 2 ini. Karena selain harus mulai fokus sama resume, belum lagi harus turun klinik selama 16 minggu atau sekitar 3 bulan lebih. Kalo dikampus gue juga ditingkat 2 juga kalian akan tutun ke masyarakat untuk pembinaan 1 desa gitu. Menarik, karena kalian akan benar benar dekat dnegan masyarakat. Bagian paling menariknya adalah kalian akan sering melakukan banyak penyuluhan didepan masyarakat. 

Tapi jangan terlena dengan semua kemenarikan itu, karena banyak laporan yang menunggu. Tapi gausah takut pasti semuanya akan terselesaikan kok, karena semua bisa dikerjakan bersama satu angkatan. Jadi ga perlu khawatir ga akan selesai laporannya. Jangan berfikir kalian jadi takut atau berubah fikiran untuk masuk medschool. Gue berbagi pengalaman ini cuma sekadar ingin berbagi kisah tentang apa yang gue dapet di medschool aja. Jangan jadi patah semangat apalagi berubah fikiran buat kalian yang ingin jadi paramedis.

Tapi gue bakal tetep tanya sama kalian adik- adik bidanku dan yang mau masuk medschool setelah tau begini masih mau jadi bidan? #justjoke 

Medschool Stories

Midwifery 1st Grade

17.15

Dunia Kesehatan, dulu waktu masih di bangku Sekolah Dasar gue taunya kalo profesi kesehatan itu dokter dan perawat. Belum pernah denger yang namanya "bidan". Bahkan dulu cita-cita gue sebenernya jadi dokter. Sampe pas disaat galau udah mau final exam (Ujian Nasional) gue masih bingung tuh mau ngambil kuliah jurusan apa. Gue cuma tau kampus itu Universitas Brawijaya, Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia, sama Universitas Negeri Jakarta. Mulai deh tuh konseling konseling sama guru BK tentang masalah kuliah. Cuma ya gue tetep ada niat buat ambil kedokteran dan farmasi. Mungkin karena latar belakang nyokap gue yang kerja di bagian kesehatan dan juga dari kecil gue udah kenalan banget sama yang namanya obat, dokter, ruang periksa gigi, apotik. Jadi makin bulatlah tekad gue untuk ambil kedokteran sama farmasi. Tapi, mungkin Tuhan berkehendak lain. Gue coba daftar ambil SBMPTN dan SNMPTN di 2 jurusan itu ga ada yang tembus. Diujung-ujung harapan temen nyokap nyaranin masuk kebidanan di mantan kampus gue itu. Alhamdulillah, rejeki kali ya gue keterima tuh di kebidanan.

Jujur waktu pertama kali masuk gue buta banget sama istilah medis yang dipake. Gue cuma ngerti Tekanan Darah sama beberapa jenis penyakit aja. Itu juga yang umum doang. Gue selalu berfikir kuliah kesehatan itu menyenangkan but after i passed this study, literally i didnt want to say that med school is easy. Sumpah, yang namanya kuliah kesehatan itu capek, nguras waktu, dan lo bakal lebih tua dari umur lo seharusnya. Tapi, karena emang dasarnya gue itu suka yang namanya kesehatan jadi gue jalaninnya santai santai aja, meski terkadang ada titik jenuh dan bosan sama kuliah gue sendiri.

Tahun pertama di kebidanan gue itu masih belajar mata kuliah umum, jadi masih belum terlalu banyak bahas tentang bidan. Gue belajar ilmu keterampilan dasar klinik gitu contohnya, infus, dower cateter, ambil spesimen darah, cara nyuntik, verbedden, dan masih banyak lagi deh cuma gue sudah agak lupa. Tahun pertama gue itu dibagi 2 semester, semester pertama gue belajar mata kuliah umum, semester kedua gue belajar ilmu keterampilan dasar klinik itu. Ah iya, di jurusan gue setiap tahunnya sebelum kenaikan tingkat itu lo bakal ngadepin 4 ujian. 2 ujian tulis atau teori dan 2 lagi ujian klinik (praktek). Buat ujian klinik itu ada yang namanya OSCE ( Objective Stuctural Clinical Examination) itu adalah ujian dimana lo harus melakukan tindakan dalam 1 stase (1 tindakan) dalam waktu 10 menit gitu. Dan OSCE ini berpengaruh banget sama kompetensi lo dibidang kebidanan. Jadi lo harus lulus ujian ini. Dan mulai akhir semester 2 lo itu udah harus internship di Rumah Sakit dan Puskesmas.

Selama di medschool gue itu tinggal di dorm (asrama). Kenapa gue pilih tinggal asrama? Karena gue berfikir kalo gue di asrama ketika gue pusing dengan banyaknya tugas dan mata kuliah yang kadang sulit gue fahami, gue ga sendirian. Karena temen sekamar gue juga ngerasa hal yang sama, jadi lebih ringan aja bebannya. Dan lo ga harus pusing sendirian dirumah tanpa ada temen buat ditanya atau dipinjem catatannya ketika lo ga ngerti dengan matkul lo.

Kalo lo tanya gue tahun pertama ngerti atau engga dengan mata kuliah gue, jawabannya adalah BIG NO. Gue sendiri kadang bingung apa yang gue pelajarin. Apalagi pas bagian anatomi dan fisiologi tubuh. Lo harus belajar semua sistem dalam tubuh lo dan lo harus faham karena kalo lo ga faham lo bakal tambah bingung di mata kuliah lanjutan. Semua yang lo pelajarin di tahun pertama itu bener- bener dasar dari matkul lo di tahun- tahun berikutnya. Gue bukan ga saranin kalian untuk ambil medschool, but i suggest u guys if u really wanna be a paramedic, like doctor, nurse, midwife, radiologist, pharmacists and many more u guys seriously had to have a good mentality, responsibility and time management. Karena gue awalnya juga ngerasa terlalu santai dengan waktu belajar gue. Tapi seiring berjalan waktu lo pasti bakal bisa mengatur waktu lo.

Di tahun pertama seperti yang gue bilang di kampus gue kita akan internship atau magang. Waktu gue internship itu gue dapet penempatan di RSUD Pasar Rebo selama 2 minggu. Gue dan temen- temen gue itu dibagi ke 3 unit ruang tindakan, unit kebidanan, unit nifas (setelah melahirkan), dan unit pre-post operasi. Semua yang lo kerjain di 3 unit itu masih dasar semua seperti lo belajar infus, belajar ambil specimen darah, belajar memberikan obat secara IV (intravena, melalui pembuluh darah vena) dan yang paling sering akan lo lakuin adalah cek TTV atau vital sign ( Tekanan Darah, Nadi, Pernafasan dan Suhu pasien).

Pengalaman gue selama 2 minggu itu bener-bener bikin gue makin yakin kalo gue ternyata ga salah pilih jurusan. Kebetulan gue dapet di unit pre-post operasi jadi di unit ini lo itu kerjanya menyiapkan pasien untuk tindakan sebelum dan setelah dilakukannya operasi. Seru sih gue bilang, karena gue jadi sering bolak balik ke kamar operasi buat antar jemput pasien. Meskipun awal-awal pasti masih takut dan banyak bingungnya dengan segala hal yang lo lakuin, tapi menurut gue 2 minggu pertama lo ini merupakan awal dimana lo dituntut memang harus sungguh-sungguh dalam bidang lo. Karena kita sebagai paramedis berhubungan dengan nyawa manusia jadi dituntut harus profesional dan tanggung jawab dengan apa yang kita lakukan. Cerita tahun pertama di rumah sakit ga akan gue gambarin secara gamblang karena menyakut kode etik. Tapi yang bisa gue kasih gambaran adalah tahun pertama lo di medschool ya seperti yang gue rasain ini (kalo lo ambil kebidanan kayak gue).

Medschool stories bakal gue lanjut sampe gue lulus dan mungkin di tahun kedua dan ketiga itu bakal lebih banyak yang akan gue ceritain. Karena semakin banyak juga yang gue lakuin dan gue dapat ilmunya.


THOUGHTS

BPJS, paramedic nowadays, and adolescence

07.30

Sebagai seorang mahasiswa lulusan jurusan medis atau dunia kesehatan gue merasa sedih dengan apa yang terjadi di dunia medis saat ini. Pasti banyak dari kalian yang sudah denger BPJS  dan fungsinya kan. Disini gue cuma mau bahas dikit mengenai pemikiran orang yang masih sedikit keliru tentang BPJS. Most of people think that BPJS or JKN is not worth enough. Or the worst thing is some of people think that BPJS or JKN its just too complicated for them. There's a lot of procedure to used BPJS and at the end they think used BPJS is nothing. They prefer to spent their money for medical treatment. 

Sebenernya mungkin kebanyakan orang masih belum mengerti alur BPJS itu seperti apa, dan mengapa penggunaan BPJS itu dibilang rumit. Padahal penggunaan BPJS itu memiliki banyak manfaat bagi kalangan menengah ke bawah. Tidak harus kalangan menengah ke bawah. Terkadang kita juga tidak akan tahu kapan kita akan sakit dan sakit seperti yang kita alami. Berapa biaya yang harus kita keluarkan untuk pengobatan dan perawatan selama kita sakit. Mungkin hal ini yang banyak belum terfikir oleh sebagian orang.
Mereka hanya beranggapan menggunakan BPJS itu lama, ribet, tidak ditangani dengan baik. Padahal semuanya sama. Sebagai tenaga medis saya memperlakukan pasien yang berobat itu sama, pasien dengan atau tidak menggunakan BPJS semua dapat perlakuan yang sama. Semua mendapatkan prosedur pengobatan yang sama. Katakanlah dalam hal ini saat akan melahirkan. Terkadang kita tidak tahu seberapa banyak biasa yang akan dikeluarkan untuk melahirkan normal. Entah, nantinya akan melahirkan di primary health care (Puskesmas) atau akan ke Rumah Sakit. Bahkan kita juga tidak dapat meramalkan hal apa yang akan terjadi selama menunggu kelahiran sampai proses melahirkan nantinya. Tapi kita tetap harus mempersiapkan kemungkinan terburuk. Karena sebagaimana yang kita tahu melahirkan itu merupakan proses antara hidup dan mati.

Nyawa yang difikirkan tidak hanya nyawa sang ibu, tetapi juga nyawa seorang bayi yang akan lahir . Oleh karena itu mengapa saya menyarakan pentingnya BPJS itu bukan hanya untuk kepentingan ibu hamil saja. Tetapi BPJS untuk calon bayi juga sama pentingnya. Contoh kecilnya seperti kasus melahirkan ini.


Namun yang harus mendapat perhatian adalah sikap dan pemikiran masyarakat mengenai penggunaan BPJS itu tersediri. Terkadang mereka menyamaratakan bahwa perlakuan terhadap pasien BPJS dan bayar itu berbeda. "Kalau pake BPJS suka lama, ga ditangani. Beda sama yang bayar pasti langsung cepat ditangani." Sebenarnya semua sama, masalah cepat atau lambatnya penanganan itu tergantung seberapa gawat kasus yang dihadapi saat itu. Karena sebagai tenaga medis kita juga harus mampu menganalisa mana yang harus mendapatkan penanganan segera mana yang bisa menunggu. Contoh kecil lainnya saat ada pasien kecelakaan datang bersamaan dengan pasien BPJS yang mengeluh demam sudah 3 hari. Mereka datang pada jam dan waktu yang sama ke sebuah UGD. Disini peran tenaga medis yang kompeten sangat diperlukan karena untuk memberikan penangan yang cepat dan tepat butuh diagnosa yang tepat pula, sehingga tidak ada kesalahan dalam pemberian pengobatan. Kalau pasien kecelakaan itu mengalami perdarahan aktif, akan bahaya jika tidak segera ditangani. Tapi bukan berarti kita mengesampingkan pasien demam. Untuk pasien demam, kita masih bisa kaji mengenai demamnya selagi menunggu hasil pemeriksaan darah (tapi gak semua diperiksa darah) sedangkan, disisi lain si pasien kecelakaan ini butuh penanganan segera. Sebagai tenaga medis pasti akan mendahulukan pasien kecelakaan. Bukan karena si pasien ini ga pake BPJS terlepas dari pasien BPJS atau bukan. Tenaga medis atau dokter akan tetap memberi penanganan pada semua pasien tapi ada beberapa klasifikasi yang gawat darurat, gawat tidak darurat, darurat tidak gawat, dan tidak gawat dan tidak darurat. Semua didasarkan pada klasifikasi tersebut.
Bagi sebagian orang yang berfikir "ini saya datang duluan tapi kok belum ditangani, terus kok dia langsung ditangani", alangkah lebih baiknya melihat dari segi kasus atau penyakit apa yang dideritanya. Terkadang kita yang orang awam yang tidak begitu mengerti dunia kesehatan pasti akan berfikir demikian.

Ada juga yang berfikir "ini dokter sama susternya lama nanganinya.." kami sebagai tenaga medis akan menjalankan tugas secepat dan tepat mungkin namun tidak lepas dari kemampuan kami yang hanya manusia. Dokter dan perawat ataupun tenaga medis lain semua akan melakukan hal yang terbaik secepat dan tepat mungkin dalam menangani pasien.

Mungkin terlalu banyak presepsi yang keliru dimasyarakat. Kurangnya sosialisasi mungkin juga sebagai salah satu dasar mengapa mereka dapat beropini seperti itu. Memang gue bukan tenaga medis yang sudah banyak jam terbangnya tapi tidak ada salahnya beropini. Mungkin dengan semua orang mendapatkan sosialisasi mengenai bantuan hidup dasar (BHD) dan penanganan pertama untuk kecelakaan akan mempermudah tugas paramedis juga. Tidak ada salahnya mereka yang orang biasa mendapat sosialisasi mengenai kesehatan atau bantuan hidup dasar.
Menurut gue penting banget buat kita yang anak remaja sekarang ini mengerti tentang kesehatan. Bukan untuk mendalami kesehatan hanya untuk mengenal kulit luarnya. Setidaknya jika kita semua remaja mengenal kulit luar kesehatan kita bisa lebih aware pada kesehatan diri dan lingkungan. Dan juga bisa lebih terhindar dari perilaku seks bebas sekarang ini. Setidaknya kalau para remaja tahu akan dampak yang akan terjadi akibat seks bebas membuat mereka menjauhi hal tersebut. Tidak hanya seks bebas saja, merokok, minuman keras dan narkotika juga dapat dikurangi.

Sosialisasinya mungkin bisa diubah menjadi sedikit modern dan tidak membosankan jadi mereka tidak bosan dan dapat menerima dengan baik apa yg disampaikan, sehingga dapat diterapkan dengan baik juga.


Sebagai generasi yang nantinya akan menjadi penerus bangsa jujur gue sedih melihat banyaknya kasus remaja yang sekarang ada. Secara tidak langsung kita telah kehilangan satu persatu calon penerus bangsa yang dikalahkan oleh rokok, minuman keras, narkotika dan seks bebas.


Sebuah Kata Perkenalan

03.30

In.tro.duce
/.intrÉ™'d(y)oos/
verb
Gerund or present participle : introducing

Banyak pepatah mengatakan 'tak kenal maka tak sayang' pepatah lama yang banyak mengungkapkan bahwa ternyata sebuah perkenalan itu memang penting.
Jika tidak ada perkenalan atau pengenalan mungkin beberapa dari kita akan berspekulasi atau bahkan menduga-duga 'dia siapa?', 'dia itu jenis kelaminnya apa?'.

Singkatnya kita semua dikenal sebagai satu spesies yang disebut 'manusia' or human. Dan kita diberi 'label' atau lebih sering dikenal dengan nama untuk mempermudah orang mengingat siapa diri kita.

Nama merupakan pemberian orang tua sebagai hadiah disaat kita lahir ke dunia ini. Dengan nama kita juga mudah beradaptasi atau dikenal orang dengan mudah.

Nama juga merupakan do'a atau harapan dari orang tua kepada kita 'anaknya' . Banyak orang tua yang memberi nama yang sangat indah sebagai harapan kelak anaknya akan sukses dan mempunyai kehidupan yang seindah namanya.

Namun ada beberapa juga yang terkadang tidak memiliki arti nama, mungkin bukan tidak memiliki namun orang jaman dulu atau orang tua kita terdahulu menyebut nama itu sebagai 'label' atau cara mengenali seseorang. Namun bukan berarti mereka tidak memiliki harapan atau do'a dibalik kelahiran anak mereka. Mungkin mereka tidak menyiratkan secara langsung harapan dan do'a atas kelahiran anaknya di nama.

'Apriliani Kartika Sari' sebuah rangkaian kata terdiri dari 3 suku kata 'apriliani', 'kartika', 'sari' ya.. itu merupakan nama yang diberikan oleh orang tua saya ketika saya lahir. Pernah terlintas difikiran saya 'apa sih arti nama gue?'.. pernah juga saya tanya ke orang tua. Jujur mereka bingung waktu ditanya apa sih arti nama gue. Tapi, mereka punya arti dari nama gue itu. Orang tua gue bilang 'apriliani kartika sari' itu artinya anak perempuan dari bapak dan mama yang lahir di bulan April. Setelah gue fikir memang nama tengah dan nama akhir gue itu kalo disingkat merupakan inisial dari orang tua gue.

Sejak saat itulah gue tau ternyata dari 3 suku kata yang ada di nama gue sebenarnya punya arti dan do'a tersendiri yang mungkin gue fikir nama gue biasa aja dan terdengar standar. Mungkin banyak juga diantara kalian yang masih belum tahu arti nama kalian itu apa. Percaya atau tidak semua rangkaian kata yang membentuk nama kalian semua itu pasti ada do'a dan harapan dari orang tua. Meskipun itu tersirat.

Dari tadi mungkin gue udah terlalu banyak merangkai kata. Inti dari tulisan gue adalah gue ingin memperkenalkan diri gue. Selamat datang dan salam kenal.

Popular Posts

Total Tayangan Halaman

Pengikut